"Ecce Ancilla Domini - Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum" ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kamis, 11 November 2010

HUT Paroki St. Yusup Blitar ke-79 (17/10)

Umat yang Semakin Dewasa


Tidak seperti biasanya, pada hari Minggu, 17 Oktober 2010, pelataran gereja St. Yusup dipenuhi oleh umat yang datang. Mereka tidak bermaksud untuk mengikuti Ekaristi, tapi mereka hendak mengikuti perayaan HUT Paroki St. Yusup Blitar.

Dalam rangka perayaan HUT paroki, panitia mengadakan jalan sehat bersama. Hari Minggu kali ini sungguh menjadi hari yang membahagiakan bagi umat Paroki St. Yusup Blitar. Tahun 2010, umat paroki St. Yusup genap merayakan Hari Jadi yang ke-79. Tema yang diusung adalah “Dengan Semangat Persekutuan Keluarga, Kita Tingkatkan Kesejahteraan Umat”.

Dalam catatan sejarah para misionaris, Gereja Katolik St. Yusup Blitar sudah berdiri sejak tahun 1928, sehingga bisa dikatakan bahwa gereja ini telah mencapai usia 82 tahun. Namun, secara resmi, gereja Paroki Santo Yusup Blitar diresmikan pada tanggal 18 Oktober 1931. Oleh karena itu, tepat pada hari ini Gereja yang terletak di pusat kota Blitar ini genap berusia 79 tahun. Usia yang cukup tua bila disejajarkan dengan umur manusia. Begitu banyak pengalaman di usia yang cukup tua ini. Jumlah umat juga semakin bertambah banyak.

Tahun ini, rangkaian perayaan HUT Paroki Santo Yusup Blitar diagendakan dalam kesatuan dengan program pengembangan paroki. Kegiatan diawali dengan pencanangan program doa bersama dalam keluarga yang dimulai pada bulan Agustus 2010. Kegiatan bersama dalam keluarga diawali dengan pelantikan para animator. Acara dilanjutkan dengan pendalaman sarasehan dokumen Gereja Familiaris Consortio (FC) di setiap lingkungan dan juga pendalaman Kitab Suci.


Kegembiraan Bersama dalam Jalan Sehat
Puncak perayaan HUT Paroki diawali dengan acara jalan sehat bersama umat. Sekitar pukul 05.30 WIB, halaman pastoran & gereja St. Yusup Blitar dipenuhi oleh umat dari berbagai wilayah, baik dari Wilayah A (Ngeni dan sekitarnya), B (Garum dan sekitarnya), C (Mojorejo dan sekitarnya) dan D (wilayah Kota Blitar). Mulai dari kanak - kanak sampai Lansia ikut serta dalam acara ini. Sungguh, acara ini menggembirakan umat. Umat dapat merasakan bagaimana umat bergembira bersama untuk merayakan hari jadi paroki.

Acara jalan sehat diawali dengan pelepasan balon oleh pastor paroki RD B. Prima Novianto. Rute jalan sehat yang ditempuh umat adalah Jl. Diponegoro (depan gereja), Jl. Cokroaminoto, Jl. A. Yani, Jl. Dr. Soetomo, Jl. Pramuka dan kembali ke Jl. Diponegoro. Setibanya di halaman gereja, umat disambut dengan hiburan band yang dimainkan oleh anak-anak BIAK. Sembari menikmati suguhan nasi pecel yang disediakan, umat dihibur oleh band dari Kristi Band (wilayah Kepanjen Kidul) yang dikomandani oleh Bpk. Haryono.

Bukan hanya itu OMK St. Yusup pun tidak mau ketinggalan. Mereka ambil bagian dalam acara tersebut dengan menggelar bazar kecil dan juga menghibur umat dengan lagu-lagu yang dipersembahkan oleh Angel Voice. Tak mau ketinggalan dengan umatnya, pastor paroki yang diwakili oleh RD Ignatius Prasetijo Ambardi, pun turut serta melantunkan lagu dan berjoget di atas panggung. Dengan gayanya yang khas, RD Prasetijo menyanyikan lagu untuk menghibur umat.

Di sela-sela keramaian dan kegembiraan umat yang menunggu pembagian door price di ruang pertemuan OMK, teman-teman PMI Kota Blitar melayani umat yang dengan senang hati menyumbangkan darahnya. Umat mulai berbondong-bondong menyumbangkan darahnya dalam rangkaian kegiatan donor darah.

Di penghujung acara pagi itu, diserahkan hadiah utama oleh RD B. Prima Novianto, yaitu sebuah mesin cuci. Umat yang mendapat berkah luar biasa pagi itu adalah Ibu Kaderi (istri dari Pak. Kaderi, salah satu petugas kebersihan gereja)

Setelah sebagian besar umat pulang dan kembali ke rumah masing-masing, rupanya hadir pula RD Boedi Prasetijo yang juga pernah bertugas di Paroki St. Yusup, beliau datang dengan mengendarai sepeda dan dengan gembira menyumbangkan 2 buah lagu. Usai bernyanyi, RD Boedi P. melanjutkan perjalanannya.

Acara pagi ini ditutup oleh RD Prasetijo dengan nyanyi bersama di atas panggung. Meski sudah ditutup, namun sesungguhnya acara syukur dalam rangka HUT Paroki belum selesai. Sore harinya, meski kota Blitar diguyur hujan, umat berbondong-bondong dan penuh semangat datang mengikuti Misa Syukur.


Perayaan Syukur
Guyuran air hujan yang meliputi Kota Blitar tidak mengurungkan niat umat untuk mengikuti misa syukur. Misa Syukur yang dilaksanakan Minggu sore ini terasa sangat indah dan meriah dengan kehadiran sejumlah 16 pastor yang pernah, sedang bertugas dan berasal dari St. Yusup Blitar. Misa juga semakin meriah dengan kehadiran koor yang melantukan lagu-lagu liturgis.

Para pastor yang hadir dalam perayaan ini adalah RD H.V. Sairin dan RD Eko Wijono (bertugas di Paroki Katedral HKY Surabaya), RD Yohanes Rudi Anada (Paroki SMTB Ngagel Surabaya), RD Kholik Kurniadi (Paroki St. Stefanus Tandes Surabaya), RD F.X. Otong Setiawan (Paroki St. Maria Ponorogo), RD I.Y. Sumarno (Paroki Aloysius Gonzaga Surabaya), RD B. Prima Novianto, RD Agustinus Made, RD. Ign. Prasetijo Ambardi, RD Fanny Hure (Rektor Seminari Tinggi Providentia Dei Surabaya), Rm. Lino Belo SDB dan Rm. Paulus SDB. Hadir pula Vikep Kevikepan Blitar, RD Mateus Suwarno (Paroki St. Petrus-Paulus Wlingi).

Hadir pula para romo dari Seminari Garum yakni RD Stefanus Cahyono (Rektor), RD Kusdianto Tana, RD Laurensius Roni dan Rm. G. Tri Wardoyo CM. Kehadiran para pastor ini sungguh membawa kegembiraan bagi umat. Umat dapat bertegur sapa dengan para gembala yang dulunya pernah bertugas di paroki tertua di Blitar ini.


Umat yang Dewasa
Dalam homilinya, RD Sumarno mengucap syukur kepada Tuhan atas pertumbuhan yang terjadi dalam diri umat St. Yusup Blitar. Sebelumnya, di atas mimbar sabda, Romo yang akrab disapa dengan Rm. Marno ini menyapa umat dengan ucapan, “bagaimana kabarnya? Rezeki lancar? Semoga Bapak-Ibu sehat walafiat dan aman terkendali.” Hal ini langsung membuat umat tertawa gembira. Ucapan itu merupakan ucapan khas Romo Marno.

Ketika melayani di Paroki St. Yusup Blitar, Rm. Marno merasa gembira. Beliau melihat perkembangan umat yang sangat luar biasa. Di usia 79 tahun ini, bukan hanya soal usia saja yang perlu disyukuri, tapi lebih dari itu adalah banyaknya karya-karya kasih yang dibuat oleh umat Blitar. Inilah yang menjadi kebanggaan umat Blitar khususnya dan juga Keuskupan Surabaya. Usia 79 menjadikan kita cukup dewasa. Kedewasaan itu ditandai dengan mau bergerak, berinisiatif tanpa harus diobrak-obrak atau disuruh-suruh. Umat tidak lagi menjadi penonton di rumah sendiri tapi berinisiatif tidak tunggu komando dari imamnya. Bila hal ini diterapkan di paroki St. Yusup, Rm. Marno yakin 10 tahun kedepan gereja ini akan penuh sesak.

Lebih lanjut, doa adalah upaya menyatukan kita dengan Tuhan. Dengan bersatunya kita dengan Tuhan, maka tanpa meminta, Tuhan sudah tahu apa yang kita inginkan. Demikian pula dengan penyatuan umat dengan imam, diharapkan hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan umat sesuai dengan ARDAS Keuskupan Surabaya. Semoga dengan peringatan HUT paroki ke-79 dapat membawa dampak positif untuk kita semua.

Sebelum berkat penutup, juga disampaikan tali asih untuk Bapak M.Y. Suryono, katekis Paroki St. Yusup Blitar yang purna tugas per 1 September 2010. Sudah selama kurang lebih 33 tahun, Bapak Suryono menjalankan tugas pelayanan dalam lingkup paroki sebagai katekis.


Usai perayaan ekaristi dilanjutkan dengan acara ramah tamah di Balai Paroki. Umat yang berasal dari wilayah A, B, C dan D, para suster SSpS dari komunitas Biara Roh Kudus dan RSK Budi Rahayu, para suster PK, para pastor, frater dan bruder ikut dalam acara ini. Dalam acara ramah-tamah selain umat ada juga beberapa pastor yang memeriahkan serta melengkapi kegembiraan malam itu dengan mempersembahkan lagu-lagu. Para Romo yang mempersembahkan lagu adalah RD Praste, RD Fanny dan Rm. Paryanto (dari Paroki St. Maria Blitar). Pemotongan tumpeng dilakukan oleh RD. Novi, selaku pastor kepala paroki.

(Ditulis oleh salah seorang umat St. Yusup Blitar yang tidak mau disebutkan namanya, diedit oleh Fr. Dhani Driantoro)

Hari Studi STFT-WS Malang [23-24/10]

Multimedia sebagai Sarana Pewartaan

Dewasa ini multimedia tidak dapat dibendung lagi. Begitu banyak tawaran dari bagian multimedia yang bermanfaat bagi para penggunanya. Namun tidak jarang multimedia tidak cukup membantu kita untuk melaksanakan aktifitas hidup kita sehari-hari. Multimedia bisa jadi malah menghambat karya pelayanan kita.

Para Panelis dalam Hari Studi 2010   
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana sebagai lembaga pendidikan yang berkecimbung dalam pembinaan calon imam membuka diskusi bersama soal multimedia. Acara yang dikemas dalam kegiatan Hari Studi STFT-WS diselenggarakan hari Sabtu-Minggu, 23-24 Oktober 2010. Aula Misiologi SVD yang terletak di Jl. Terusan Rajabasa 4 Malang menjadi tempat pelaksanaan hari-hari studi.

Tahun ini panitia mengangkat tema, “Iman dan Pewartaan di Era Multimedia”. Tema ini merupakan salah satu satu usulan tema yang diajukan peserta Hari Studi tahun yang lalu. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, STFT berharap dapat membantu umat untuk mengerti soal iman dan pewartaan di tengah era multimedia.

Partisipasi Umat
Hari-hari studi diisi dengan presentasi dan diskusi dengan berbagai narasumber yang telah diundang dan berkompeten dalam bidang masing-masing. Sekitar 200 peserta ikut serta dalam acara ini. Mereka berasal dari beberapa kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Madiun, Blitar, Bojonegoro dan tak terkecuali dari Malang sendiri. Para mahasiswa S1 dan S2 juga ikut serta dalam kesempatan yang berharga ini. Dengan mengikuti seminar ini, diharapkan mereka dapat mengerti peran multimedia dalam karya pewartaan.

Hadir dalam Seminar Nasional ini para pembicara yang berkompeten dalam bidangnya. Mereka adalah Bapak Errol Jonathans (Direktur Operasional Suara Surabaya Media), Antonius Sad Budianto CM MA (sosiolog), Dr. Valentinus CP (filosof), Dr. Petrus Maria Handoko CM (teolog dogma), Prof. Dr. Berthold Anton Pareira O.Carm (ekseget), Bapak Tri Mulyono (praktisi Studio Audio-Visual PUSKAT), F.X. Didik Bagiyowinadi Pr. Lic (ekseget). Ketujuh pembicara ini membawa para peserta hari studi untuk melihat, menganalisa dan berdiskusi bersama tentang tema yang diangkat kali ini.

Setelah peserta hadir, Rm. Prof. Dr. Eko Armada Riyanto CM (rektor STFT-WS Malang) membuka secara resmi hari-hari studi. Dalam kata sambutannya, Rm. Armada membuka pembicaraan dengan sebuah lontaran informasi yakni bahwa multimedia telah mengagetkan banyak orang. “Mendiang Yohanes Paulus II sendiri telah mengambil inisiatif untuk berpartisipasi dalam multimedia. Gebrakan baru ini diikuti penerusnya, Paus Benediktus XVI. Video audiensi umum yang dilakukan Paus telah diupload dalam media internet dan dapat diakses oleh umat,” ucapnya. Pada kesempatan sambutan lainnya, Rm. Robertus Wijanarko Ph.D (Ketua Panitia Pengarah Hari Studi) menegaskan bahwa kita semua tidak bisa lepas dari pengaruh multimedia. “Multimedia telah menciptakan dunia baru dan gaya baru bagi hidup kita,” ucapnya.

Era Multimedia: Sebuah “Kosmologi” Baru
Bapak Errol Jonathans selaku pembicara pertama membuka wawasan peserta dengan menyuguhkan realitas dunia ini yang dipenuhi dengan tawaran multimedia. “Anak muda zaman sekarang akrab dengan begitu banyak multimedia. Teknologi yang berkembang begitu cepat juga berpengaruh pada masyarakat dunia. Generasi yang muncul saat ini disebut sebagai generasi “WWW” (World Wide Web),” katanya. Apa yang terjadi dengan perkembangan ini cukup beralasan. Hal dikarenakan: mudahnya komunikasi, keinginan untuk keluar dari kotal lokalitas, demokratisasi pengetahuan dan kebebasan informasi.

Lebih lanjut, Bapak Errol yang adalah Direktur Operasional Suara Surabaya menyatakan bahwa penggunaan multimedia juga memberi keuntungan bagi pengguna. Keuntungannya adalah: bahwa multimedia itu intellegent (mudah dan praktis penggunaannya), melayani indra, produktif, personalized (pelayanan personal, kapanpun dan dimanapun), humanized.

Pada akhir presentasinya, Bapak Errol menyampaikan bahwa teknologi bukanlah segalanya. Teknologi adalah fenomena yang ada dalam dunia. Teknologi menjadi sarana yang membantu tugas-tugas kita.

Pentingnya Sentuhan Personal
Rm. A. Sad Budianto CM MA, selaku pembicara kedua melihat realitas multimedia dari aspek sosiologis. Beliau menyampaikan soal pewartaan di era multimedia. Menurut beliau, pewartaan adalah komunikasi. Komunikasi mengandung pesan yakni isi informasi yang dipengaruhi oleh kepribadian pembawa pesan dan media yang digunakan.

Menurut Rm. Sad Budianto, ada beberapa unsur dalam pewartaan yakni: kata-kata (perumusan nilai-nilai hidup, harta benda (pengaturan harta benda), gambaran (mengatasi keterbatasan kata dalam menyampaikan informasi tentang hal yang tidak tampak, misalnya tentang Tuhan), ajaran (pokok-pokok iman dan cara memaknainya), sejarah (pandangan hidup lahir batin), proses (transformasi relasi ilahi dan manusia dalam bimbingan roh), dan relasi.

Betapa canggihnya dan menariknya multimedia tetap tidak dapat mengalahkan sentuhan personal. Tantangannya adalah bagaimana memberikan sentuhan personal dalam komunikasi dengan sesama. Selain itu, tantangan bagi pewarta adalah bagaimana ia bisa mengakomodasikan selera dan kebutuhan para penerima pewartaan dengan sarana-sarana yang ada.

Mengembangkan Kesadaran Reflektif
Sore harinya, Rm. Dr. Valentinus CP sebagai pembicara ketiga melihat aspek filosofis dari multimedia. Menurutnya, multimedia bekerja secara mekanis-otomatis-matematis. Karena itu kita harus waspada supaya tidak menjadi robot. Supaya kita tidak menjadi robot, kita perlu mengembangkan kesadaran reflektif terhadap gejala apa saja yang terjadi dalam perkembangan kebudayaan di sekitar kita, teristimewa di era multimedia ini.

Rm. Valentinus yang adalah dosen filsafat di STFT-WS juga mengajak peserta hari studi untuk kritis dalam melihat segala sesuatu. Beliau melihat bahwa ada implikasi negatif dari teknologi: munculnya mentalitas instan (masyarakat hanya mencari mudahnya), kebutuhan palsu (mis. manusia berbelanja bukan karena perlu tapi karena gaya), dunia citra (manusia dipersuasi untuk memperindah diri dengan ideologi iklan), adaptasi (kreatifitas menjadi mandul), simultanitas (manusia hanya mencapai kedangkalan makna).

SMS “Rohani”
Pada kesempatan malam hari, Rm. Dr. P.M. Handoko CM (dosen teologi dogmatik) menyampaikan paparan tentang berteologi dalam konteks dunia baru. Rm. Handoko mensharingkan pengalamannya sebagai pastor dalam pewartaan iman di dunia maya lewat sarana yang disebut dengan SMS.

“Salah satu keberhasilan teknologi zaman ini yakni teknologi komunikasi. Kemajuan ini tentunya membawa dampak/pengaruh dalam hidup beriman. Untuk itu, kemajuan teknologi ini perlu diperhitungkan,” ucapnya.

Dalam kesempatan tanya jawab, banyak dari peserta yang menanyakan soal sms rohani yang dikirim oleh para pastor. Para peserta yang hadir ada juga yang pernah mendapat SMS “rohani”, salah satunya berasal dari Rm. Handoko. Dalam sharingnya, Rm. Handoko mengirim pesan-pesan tersebut kepada lebih dari 1000 nomor dalam handphone-nya. Usaha ini merupakan salah satu yang beliau lakukan untuk mewartakan iman. SMS ini bisa berisi bacaan misa harian maupun juga kata-kata yang memotivasi. Tentang SMS ini memunculkan banyak pendapat.

Pewartaan: Soal Bicara dan Diam
Pada malam hari pertama, hari studi diakhiri dengan presentasi dari pakar Kitab Suci Perjanjian Lama, Rm. Prof. Dr. Berthold Anton Pareira O.Carm. Mengawali presentasinya, beliau menyampaikan bahwa pewartaan adalah soal bicara dan diam. Bicara adalah soal yang paling sulit. Bicara adalah seni dari segala seni. Rm. Pareira dalam presentasi menekankan soal kebenaran. Menurutnya, kebenaran harus dapat dilihat, dirasa dan bahkan dicium.

Dalam penyampaian paparan, Rm. Pareira mengambil salah satu contoh multimedia yakni soal Power Point. Menurutnya, Power Point seringkali justru mengaburkan kesadaran dan penghargaan akan pentingnya komunikasi langsung. Media ini kerap tidak menjamin komunikasi antara pembicara dan pendengar. Justru tidak jarang media ini menjadi suatu alat penyiksaan intelektual. Pembicara sudah mengikat pendengar dengan poin-poin yang membuat mereka tidak bebas berpikir.

Contoh lain yang disajikan Rm. Pareira adalah televisi dan iklan. “Di zaman sekarang, kita hidup dalam budaya iklan. Kita dijejali beragam hal melalui iklan-iklan yang ada di televisi. Televisi menjadi kita malas membaca dan akhirnya membuat kita tidak kritis lagi,” ucap beliau.

Menurut Rm. Pareira, di zaman sekarang, ada orang yang ingin menjadi pewarta, tetapi tidak sungguh-sungguh menjadi pewarta. Ada pengajar, tetapi tidak benar-benar mampu mengajar. Multimedia tidak memecahkan segala persoalan. Kita tidak boleh menjadi hamba, melainkan tuan atas segala sarana multimedia itu. Pada akhir presentasinya, Rm. Pareira menyampaikan bahwa pewarta yang baik adalah pewarta yang berbicara langsung dengan manusia dan menggerakkan pendengarnya.

Yang Menarik akan Ditonton
Keesokan harinya, para peserta hari studi melanjutkan diskusinya. Pada presentasi pertama, Bapak F.X. Tri Mulyono mengajak peserta untuk melihat beberapa contoh audio visual. Disajikan kepada peserta yang hadir beberapa video hasil Studio PUSKAT Jogjakarta. Video tersebut berisi kegiatan pelatihan audio visual, retret ala SAV Puskat, video Michael Jackson (contoh lain). Dengan melihat video-video tersebut, Bapak Tri yang juga berkecimpung dalam penyusunan acara Mimbar Agama Katolik di Indosiar ini, mengajak peserta mengambil pesan di balik audio dan visual yang ditampilkan. “Di balik tampilan ini ada pesan yang hendak disampaikan. Selain itu, biaya yang diperlukan untuk membuat juga mahal”, tuturnya.

Dalam penjelasannya, Bapak Tri menekankan soal tampilan dalam bentuk visual. Sejak munculnya teknologi listrik, kita memasuki zaman baru: zaman audio visual. Cara kerja bahasa audio visual dengan modulasi (gelombang) yang menimbulkan vibrasi (getaran) pada “penikmatnya”. Suasana yang mendukung akan menjadikan suatu tampilan akan menjadi menarik. Zaman baru juga dapat menghubungkan banyak orang (terjadinya interkoneksi).

Kalau suatu tampilan tidak menarik, maka tampilan itu tidak akan banyak ditonton pemirsa. Supaya bisa menikmati audio visual, seseorang perlu mengalami langsung dan menghayatinya. Media berpeluang untuk berdialog dengan umat yang lain. Dalam melakukan dialog audiens berkuasa.

Pada penghujung seminar, Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi (staf Seminari Tinggi “Beato Giovanni XXIII” Malang dan dosen STFT) menyampaikan presentasinya. Romo yang rajin menulis buku-buku katekese ini mengajukan pendapatnya bahwa multimedia, khususnya internet, tetaplah sarana pastoral yang kiranya bisa melengkapi upaya-upaya pastoral tradisional selama ini. Sarana multimedia tidak hanya menyapa umat paroki, tetapi juga lintas paroki, bahkan juga menyapa banyak domba dari kandang lain.

Kegiatan Hari Studi ke-35 ini ditutup dengan diskusi panel. Para pembicara tampil di depan untuk saling berdiskusi dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peserta. Siang harinya, acara ditutup dengan santap siang. Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta mulai meninggalkan tempat acara dan kembali ke rumah masing-masing dan berbagai kota di Jawa Timur. [Dhani Driantoro]

Pesta Emas Institut Sekulir ALMA [27/9]

Pelayan bagi Berkebutuhan Khusus*



Siang itu, kompleks Bhakti Luhur (pusat ALMA di Malang) disesaki oleh banyak orang. Berbagai tamu dari daerah-daerah di Indonesia datang untuk mengucap syukur atas berdirinya lembaga ini. Hari itu (27/09) adalah hari yang membahagiakan bagi anggota Asosiasi Lembaga Misionaris Awam atau yang dikenal sebagai ALMA. 
 
Tepat 50 tahun yang lalu, lembaga awam ini berdiri, tumbuh dan berkembang pesat. Karyanya di bidang sosial telah dikenal banyak orang. ALMA dikenal sebagai lembaga awam yang berkecimpung di bidang pelayanan khusus bagi orang-orang berkebutuhan khusus.

Bertepatan dengan peringatan St. Vinsensius a Paulo, diadakan Perayaan Syukur 50 Tahun ALMA. Acara dilaksanakan di kompleks ALMA Jl. Raya Dieng 40 Malang. Perayaan diawali dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Bapak Uskup Malang, Mgr. H.J.S. Pandoyoputro, O.Carm. Ikut serta juga dalam Ekaristi ini Uskup Agung Merauke, Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC, Rm. Paul Janssen CM (pendiri ALMA), Rm. P.M. Handoko CM dan beberapa imam lainnya.

Kapel Paulo yang menjadi tempat misa sampai tidak mampu menampung para tamu yang hadir. Mereka semua hadir dalam rangka ikut serta mengucap syukur atas penyertaan Tuhan dalam menumbuhkembangkan karya pelayanan ALMA di tengah Gereja dan masyarakat. Para tamu yang hadir bukan hanya dari Malang, tapi dari Sabang sampai Merauke. Secara khusus, Mgr. Nicho juga hadir dalam rangka diterimanya karya pelayanan ALMA di keuskupannya. Hampir seribu orang hadir dalam kesempatan ini. Para imam, suster, bruder, frater yang berkarya di Malang ikut serta dalam acara ini.

Kaul Perdana dan Paripurna
Bukan hanya perayaan pesta emas acara ini dilaksanakan, tapi juga kaul perdana dan kaul paripurna bagi para anggota ALMA. Sebanyak 17 orang mengikrarkan kaul paripurna dan 28 orang mengikrarkan kaul perdana. 45 anggota ALMA yang berbahagia ini patut bersyukur karena mereka mengucapkan kaul pada perayaan setengah abad berdirinya lembaga mereka.

“Panggilan yang kami jalani semata-mata bukanlah melulu atas usaha kami. Kami percaya Tuhan sendiri yang memanggil kami dengan sapaan yang kuat dan lembut. Kami yang lemah dipilih bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus”, ucap salah seorang yubilaris dalam sambutan di akhir perayaan ekaristi. Ungkapan tulus para yubilaris ini didukung oleh orangtua. Wakil orangtua yang memberikan sambutan mendukung panggilan putri-putri mereka dan memohon supaya mereka menjawab panggilan sampai tuntas.

Pembebasan bagi Yang Tak Mampu
Mgr. Herman Josef dalam kotbahnya menegaskan peran Yesus sebagai Sang Gembala Sejati. Kehadiran Yesus ke tengah-tengah dunia dalam rangka karya keselamatan manusia. Keselamatan ini merupakan janji Allah pada manusia. “Sebagai Gembala, Allah memperhatikan domba-domba-Nya, mengumpulkan yang tercerai-berai, membimbing domba-domba ke rumput yang hijau dan mencari yang hilang”, ucapnya. Sebagai Gembala sejati, Yesus menyebut dirinya “Yang Terurapi”. Berkat pengurapan-Nya, dia membebaskan manusia dari segala penderitaan.

Lebih lanjut, ALMA secara khusus berkarya untuk membebaskan orang yang berkebutuhan khusus. Lembaga ini dengan penuh kasih melayani orang miskin, yang tak tertangani, yang tak mampu. Yesus sendiri datang ke dunia untuk membebaskan orang-orang yang tidak berdaya. Kiranya hal inilah yang juga dilakukan oleh para anggota ALMA.

Kepada para anggota ALMA, Mgr. Herman berpesan supaya mereka menjalankan karya Yesus dengan menyelamatkan dan membebaskan orang-orang yang membutuhkan perhatian anda. “Anda menjadi terang di tengah-tengah dunia. Anda ditugasi menjadikan ragi di tengah masyarakat.”, pesan Monsinyur. Kepada Rm. Paul Janssen CM, Mgr. Herman mengapresiasi positif apa yang telah dikerjakan. Romo Paul mampu menerjemahkan Injil dan mewujudkan dalam karya pelayanan sosial.

Pengesahan Statuta
Berita gembira juga disampaikan di sela-sela kotbah Mgr. Herman Josef. Beliau menegaskan kembali penerimaan ALMA di wilayah keuskupan Malang. Hal ini ditandai dengan penerimaan dan persetujuan statuta ALMA. Berita gembira ini disambut meriah oleh para umat dan suster yang hadir. Statuta bagi ALMA telah disahkan.

Dalam sambutannya, Rm. Paul Janssen CM menyampaikan bahwa dirinya bersyukur atas pengesahan statuta ini. Apa yang dikerjakan bersama ALMA supaya misi awam dapat dijalankan. Kami akan menjadi penyemangat bagi para awam. “Kami bersyukur dapat melayani banyak orang sampai di pelosok-pelosok paroki dan stasi, bahkan di pedalaman yang sulit dijangkau. Kami datang supaya umat yang terlantar dapat dibantu. Bersama kami, kita dapat memperluas cinta kasih Allah”, ucap Rm. Paul dengan penuh semangat.

Ucapan syukur juga disampaikan oleh Ibu Pimpinan ALMA, Yulia C. Mardiati. Ibu Yulia menyampaikan terima kasih atas semua pihak yang membantu terselenggaranya peristiwa bahagia ini. “Meskipun jalan yang kami lalui sulit, namun Tuhan tetap menyapa dan menyertai kami sampai 50 tahun”, kata beliau.

Usai misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah di Aula Agape Wisma Maria. Berbagai atraksi dan penampilan disajikan oleh para anggota ALMA dan para anak didik. Satu acara yang meriah adalah operet yang berjudul “Sang Maestro”. Para tamu undangan juga menyalami para yubilaris yang baru saja mengikrarkan kaulnya. Para anggota keluarga yang berbahagia ikut serta berbaur dengan para undangan, antara lain dengan para frater CM dan para suster dari berbagai tarekat.

Tahun ini merupakan tahun yang membahagiakan, karena banyak panggilan yang masuk ke dalam ALMA. Semuanya itu berkat dorongan Roh Kudus yang ditanggapi oleh umat dengan penuh keteguhan hati. [Dhani Driantoro]


* Dimuat dalam Tabloid JUBILEM [Edisi 127 - Tahun XI - Oktober 2010] dan Majalah HIDUP [Edisi 24 Oktober 2010]

Rosario dan Ziarah Lingk. St. Kristoforus [31/10]

Diakhiri dengan Kebersamaan


Bulan Oktober oleh Gereja dikenal sebagai bulan Rosario. Begitu banyak umat yang berdevosi kepada Bunda Maria dengan mendoakan doa rosario pada bulan ini. Tak terkecuali, hal ini juga dilakukan oleh sekelompok umat yang ada di daerah Sumbersari, Malang. Mereka yang tergabung dalam Lingkungan St. Kristoforus, Paroki SPMGK Katedral Ijen-Malang ini dengan tekun mengadakan devosi kepada Bunda Maria.

Selama Bulan Rosario ini, lingkungan berdevosi Rosario hampir setiap hari. Mulai hari Senin-Jumat, segenap umat lingkungan hadir untuk berdoa bersama. Bukan hanya intensitasnya, dari segi jumlah yang hadir juga menunjukkan peningkatan. Hampir setiap doa dihadiri oleh 35-45 umat yang hadir. Mulai dari anak-anak sampai dengan orangtua ikut berdoa bersama. Ini merupakan jumlah yang besar bagi ukuran umat Kristoforus. Tidak seperti biasanya umat dapat berkumpul banyak.

Peningkatan juga dapat dilihat dari sisi petugas yang memimpin. Petugas yang memimpin doa bukan hanya dimonopoli ketua lingkungan, tapi hampir setiap umat mendapat bagian. Mereka berlatih bersama untuk memilih dan memimpin lagu, memberikan renungan, memimpin doa rosario sampai dengan memimpin ibadat rosario. Semua berlatih bersama dan hasilnya dirasakan bersama. Umat lingkungan St. Kristoforus dapat merasakan keguyuban bersama.

Diakhiri dengan Kebersamaan
Menjadi semakin indah apa yang dilaksanakan lingkungan ketika mereka bersepakat untuk menutup bulan Rosario dengan berziarah bersama. Akhirnya umat menyepakati untuk mengadakan ziarah ke Gua Maria Lourdes, Puhsarang-Kediri. Hampir segenap umat menyambut gembira berita itu. Akhirnya, satu persatu mereka mulai mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam ziarah ini.

Ziarah Bersama dilaksanakan hari Minggu, 31 Oktober 2010. Sekitar pukul 05.30 umat mulai berdatangan di dekat ruko samping ITN untuk pemberangkatan. Satu bus Puspa Indah, mobil Pregio, Panther dan Devender mengangkut mereka menuju Puhsarang. Dalam perjalanan, peserta ziarah yang berada di bis diajak berdoa rosario bersama pada awal keberangkatan.

Sekitar 60 orang ikut serta dalam ziarah ini. Mulai dari anak-anak sampai dengan umat Lansia ikut dalam rombongan ini. Ikut serta pula di dalam rombongan ini empat Suster CP (Sr. Emma, Sr. Sofia, Sr. Wanti dan Sr. Monic), Fr Budi dan penulis (Seminari Giovanni). Sayangnya peziarahan kali ini tidak disambut oleh cuaca yang mendukung. Daerah Puhsarang diselimuti awan tebal dan hujan deras yang turun tiada henti. Akhirnya, rombongan menyepakati hanya mengikuti perayaan ekaristi penutupan Bulan Rosario saja.

Misa dipimpin langsung oleh Rm. Thomas Suparno CM (Pastor Paroki St. Vinsensius Kediri), didampingi RD Stefanus Darno dan RD Agustinus Widodo (pastor rekan), Rm. Paul SVD dan Rm. Thobby Kraeng SVD. Petugas liturgi adalah umat stasi Puhsarang. Misa kali ini diiringi dengan gamelan Jawa. Udara yang dingin dengan iringan gamelan Jawa semakin menambah khusuknya misa kali ini. Kotbah dari RD Agustinus Widodo juga sesekali membuat umat yang hadir termangu-mangu. Ada pesan yang ditangkap di balik kotbah Romo kali ini. Misa kali ini juga dihadiri oleh perwakilan para biarawan-biarawati se-keuskupan Surabaya yang beberapa saat sebelumnya mengadakan pertemuan.

Usai misa, rombongan santap siang bersama. Karena hujan mulai reda, beberapa rombongan yang terdiri dari kaum muda menuju are Gua Maria dan Jalan Salib. Sekitar pukul 15.00 WIB, umat mulai berkumpul dan meninggalkan lokasi Puhsarang untuk kembali ke Malang. Kebersamaan doa Rosario selama bulan Oktober diakhiri dengan ziarah ke Puhsarang. [Dhani Driantoro]

SAGKI 2010

Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI)2010: 
Sebuah Hajatan Iman


Pada tanggal 1-5 November 2010, para wakil umat katolik dari ke-37 Keuskupan dan Keuskupan Agung di Indonesia akan menyelenggarakan temu iman di Wisma Kinasih-Caringin-Bogor, Jawa Barat. Peristiwa ini merupakan ritual lima tahunan yang lasim disebut SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia). Sekadar untuk mengingat bahwa SAGKI sebelumnya diselenggarakan pada tahun 2000. Pada kesempatan itu, umat Katolik Indonesia merumuskan jati diri dan perutusannya sebagai gereja komunitas basis. Lima tahun berselang, melalui SAGKI tahun 2005, mereka menegaskan kembali panggilan dan perutusannya sebagai sebuah gerakan menuju keadaban publik baru. Untuk tahun 2010, Para Uskup Indonesia memilih tema 'Dia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan '(bdk. Yoh 10:10). Melalui tema ini, umat Katolik diajak untuk menyadari panggilannya sebagai 'Gereja yang diutus untuk mewartakan kabar gembira Yesus Kristus, sekaligus merayakan iman akan Yesus Kristus yang mereka alami setiap hari dalam hidup bermasyarakat di Indonesia.

Pribadi Yesus Kristus ( hidup dan karya-Nya) akan menjadi sentra perayaan SAGKI 2010. Dalam konteks ini, perayaan SAGKI 2010 juga dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari Kongres Misi Asia I yang diselenggarakan di Chiangmai- Thailand pada tahun 2006 silam. Pada kesempatan itu, utusan umat katolik dari negara-negara Asia berkumpul dan merayakan imannya secara bersama dalam sebuah komunitas bangsa-bangsa Asia melalui sharing dan perayaan, melalui pertunjukan seni dan pentas budaya. Walaupun demikian, kita tetap menyadari bahwa, SAGKI 2010 bukanlah duplikat (penggandaan) Kongres Misi I di Chiangmai-Thailand. Kongres misi di Tahiland tetap kita anggap sebagai Ilham, yang memberikan inspirasi bagi umat Katolik Indonesia untuk merayakan pengalaman imannya dan mengemban perutusannya sebagai Gereja Katolik di Indonesia.

Apa yang khas dari SAGKI 2010

Bebeda dengan SAGKI terdahulu yang diisi dengan diskusi-diskusi ilmiah dan analisis-analis intelektual, SAGKI tahun 2010 lebih merupakan sebuah perayaan dan kesempatan untuk berbagi (sharing). Para peserta SAGKI akan merayakan dan mensharingkan pengalaman imannya tentang pribadi Yesus Kristus dalam konteks Indonesia. Lewat perayaan iman ini kita akan melihat sejauhmana Kristus sudah diterima dan memengaruhi hidup orang Katolik Indonesia. Kekayaan yang diperoleh dari hajatan ini diharapkan dapat menggerakkan semangat ber-evangelisasi umat katolik Indonesia ( revitalisasi semangat bermisi). Suasana kekeluargaan dan penuh keakraban akan menjadi warna yang mendominasi proses menutur dan mendengarkan kisah-kisah pribadi yang orisinal dari setiap peserta. Dengan demikian gambaran tentang Wajah Yesus bukan didasarkan pada hasil riset para ahli atau ulasan para cendekiawan tetapi dari pengalaman dan kesaksian iman setiap orang Katolik.

Narasi (menuturkan dan mendengarkan kisah) akan dipergunakan sebagai metode dalam pengungkapan iman. Setiap peserta yang mewakili umat katolik keuskupan akan mendapat kesempatan untuk menuturkan kisah (sharing iman) selama hari-hari SAGKI dalam kelompok-kelompok (narasi kelompok). Sementara yang lain akan diberi kesempatan untuk bercerita di depan publik (narasi publik). Narasi-narasi itulah yang akan dirangkum, direfleksi dan didalami dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja yang pada akhirnya memberikan petunjuk (indikator) kepada kita untuk mengetahui sejauhmana kita mengalami Kristus dalam pergulatan hidup setiap hari. Keberhasilan narasi amat tergantung dari peran serta aktif para peserta sendiri . Olehkarena itu diharapkan agar para utusan akan datang dengan bekal yang memadai untuk bercerita baik isi cerita ( apa yang hendak dituturkan) maupun kemasan ceritanya (bagaimana menuturkan kisah itu). Tentu Panitia SAGKI 2010 akan mempersiapkan dan menentukan kriteria bercerita kepada semua peserta yang akan mengikuti perayaan SAGKI. Panduan itu akan menjadi pedoman bagi para peserta untuk menyampaikan kesaksian hidup mereka secara kreatif dan leluasa degan menimba inpirasi dari I Yoh 1:3 'Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami ceritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami..dan supaya sukacita kami (kita) menjadi sempurna.'

Mengapa Menuturkan dan Mendengarkan Kisah (Narasi)

Pada saat seseorang menutur kisah, ia sebenarya 'membongkar' struktur dirinya kepada orang lain yang mendengarkannya. Lewat tuturan kisah, seseorang mengungkapkan siapa dia, dimana dia berada, dengan siapa dia berelasi. Manusia sendiri teridiri dari struktur-stuktur kisah . Kisahnya tidak dapat berdiri sendiri. Ia selalu memiliki kaitannya dengan ligkungan di sekelilingnya yang dilihat, disentuh, dirasakan dan dihayati). Dengan menuturkan kisah, akan nampak bagaimana ia mengalami sesuatu termasuk pengalamannya dengan Pribadi Yesus yang mungkin sulit dipahami bila didefinisikan secara ilmiah. Yesus sendiri dalam karya pewartaan-Nya baik di hadapan khlayak ramai maupun secara perorangan, selalu menggunakan kisah dan narasi. Tatkala Ia menjelaskan 'siapakah sesama', Yesus tidak memberikan definisi. Yesus malah memulainya dengan menuturkan kisah yang akhirnya kita kenal dengan sebut Orang Samaria yang Baik Hati (bdk. Luk.10: 25-37). Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Ecclesia in Asia yang dipromulgasikan pada tahun 1999 menandaskan bahwa narasi-menuturkan kisah merupakan pedagogi yang paling cocok untuk bangsa-bangsa (EA no 20). Gereja Katolik Indonesia sebagai bagian dari Gereja di Asia dalam pertemuan lima tahunannya menganggap bahwa SAGKI tahun 2010 merupakan suatu moment yang tepat untuk menjadikan metode narasi sebagai sarana berbagi pengalaman iman .

Pribadi Yesus Kristus adalah Isi Narasi

Yang akan dikisahkan oleh para peserta SAGKI adalah pengalaman imannya tentang Pribadi Yesus dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Konteks masyarakat Indonesia memang sangat variatif dan kompleks. Namun di antara kompleksitasitu, para Uskup menjatuhkan pilihan pada tiga realitas yang dianggap sungguh dominan dan membutuhkan perhatian istimewa dari umat Katolik Indonesia. Ketiga realitas itu adalah kehidupan sosio-budaya, kehidupan sosio religius dan kehidupan sosio ekonomi

Ketiga kenyataan sosial tersebut akan direfleksikan dan disharingkan dalam tiga hari berturut-turut dibawa tiga tema yakni Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan budaya lain (hari pertama sesi narasi); Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan Agama dan Kepercayaan lain (hari kedua sesi narasi) dan Mengenali Wajah Yesus dalam Pergumulan Hidup Kaum Marjinal dan Terabaikan (hari ketiga sesi narasi ).

Pengenalan akan wajah Yesus itu juga akan nampak dalam seluruh rangkaian acara SAGKI2010, yakni dalam ekaristi yang bernuansa inkulturatif, dalam pentas budaya yang diadakan pada setiap akhir acara harian, melalui pendalaman dan pengendapan narasi dan tentunya dalam suasana spontanitas dan kekeluargaan yang tercipta selama SAGKI 2010.

Keterlibatan Semua Umat Katolik

Betapapun yang akan hadir dalam acara SAGKI di Bogor adalah para utusan dari Keuskupan, Perayaan ini merupakan peristiwa iman semua umat Katolik Indonesia. Setiap Keuskupan akan mengirim enam hingga sepuluh orang sebagai utusan Keuskupan pada acara SAGKI. Diharapkan para utusan keuskupan adalah mereka yang akan sungguh-sungguh mewakili semua elemen umat Katolik yang berada dalam Keuskupan seperti komposisi awam dan rohaniwan, laki-laki dan perempuan dan juga mewakili lembaga atau organisasi gerejawi. Dengan demikian, para utusan sungguh-sungguh merepresentasi kekayaan dan keragaman yang ada dalam keuskupannya. Umat katolik yang tidak hadir dalam perayaan SAGKI di Bogor tetap diminta partisipasinya lewat doa, perayaan ekaristi dan juga dukungan moral serta sumbangan dana untuk kelancaran kegiatan SAGKI 2010. Kiranya perayaan iman ini membangkitkan semangat perutusan dalam diri kita sebagai gereja yang hidup, dinamis dan selaras jaman.

Rm. Agus Alfons Duka, SVD
Ketua Panitia SAGKI 2010

(HIDUP NO.32 8 Agustus 2010)