"Ecce Ancilla Domini - Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum" ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kamis, 11 November 2010

Hari Studi STFT-WS Malang [23-24/10]

Multimedia sebagai Sarana Pewartaan

Dewasa ini multimedia tidak dapat dibendung lagi. Begitu banyak tawaran dari bagian multimedia yang bermanfaat bagi para penggunanya. Namun tidak jarang multimedia tidak cukup membantu kita untuk melaksanakan aktifitas hidup kita sehari-hari. Multimedia bisa jadi malah menghambat karya pelayanan kita.

Para Panelis dalam Hari Studi 2010   
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana sebagai lembaga pendidikan yang berkecimbung dalam pembinaan calon imam membuka diskusi bersama soal multimedia. Acara yang dikemas dalam kegiatan Hari Studi STFT-WS diselenggarakan hari Sabtu-Minggu, 23-24 Oktober 2010. Aula Misiologi SVD yang terletak di Jl. Terusan Rajabasa 4 Malang menjadi tempat pelaksanaan hari-hari studi.

Tahun ini panitia mengangkat tema, “Iman dan Pewartaan di Era Multimedia”. Tema ini merupakan salah satu satu usulan tema yang diajukan peserta Hari Studi tahun yang lalu. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, STFT berharap dapat membantu umat untuk mengerti soal iman dan pewartaan di tengah era multimedia.

Partisipasi Umat
Hari-hari studi diisi dengan presentasi dan diskusi dengan berbagai narasumber yang telah diundang dan berkompeten dalam bidang masing-masing. Sekitar 200 peserta ikut serta dalam acara ini. Mereka berasal dari beberapa kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Madiun, Blitar, Bojonegoro dan tak terkecuali dari Malang sendiri. Para mahasiswa S1 dan S2 juga ikut serta dalam kesempatan yang berharga ini. Dengan mengikuti seminar ini, diharapkan mereka dapat mengerti peran multimedia dalam karya pewartaan.

Hadir dalam Seminar Nasional ini para pembicara yang berkompeten dalam bidangnya. Mereka adalah Bapak Errol Jonathans (Direktur Operasional Suara Surabaya Media), Antonius Sad Budianto CM MA (sosiolog), Dr. Valentinus CP (filosof), Dr. Petrus Maria Handoko CM (teolog dogma), Prof. Dr. Berthold Anton Pareira O.Carm (ekseget), Bapak Tri Mulyono (praktisi Studio Audio-Visual PUSKAT), F.X. Didik Bagiyowinadi Pr. Lic (ekseget). Ketujuh pembicara ini membawa para peserta hari studi untuk melihat, menganalisa dan berdiskusi bersama tentang tema yang diangkat kali ini.

Setelah peserta hadir, Rm. Prof. Dr. Eko Armada Riyanto CM (rektor STFT-WS Malang) membuka secara resmi hari-hari studi. Dalam kata sambutannya, Rm. Armada membuka pembicaraan dengan sebuah lontaran informasi yakni bahwa multimedia telah mengagetkan banyak orang. “Mendiang Yohanes Paulus II sendiri telah mengambil inisiatif untuk berpartisipasi dalam multimedia. Gebrakan baru ini diikuti penerusnya, Paus Benediktus XVI. Video audiensi umum yang dilakukan Paus telah diupload dalam media internet dan dapat diakses oleh umat,” ucapnya. Pada kesempatan sambutan lainnya, Rm. Robertus Wijanarko Ph.D (Ketua Panitia Pengarah Hari Studi) menegaskan bahwa kita semua tidak bisa lepas dari pengaruh multimedia. “Multimedia telah menciptakan dunia baru dan gaya baru bagi hidup kita,” ucapnya.

Era Multimedia: Sebuah “Kosmologi” Baru
Bapak Errol Jonathans selaku pembicara pertama membuka wawasan peserta dengan menyuguhkan realitas dunia ini yang dipenuhi dengan tawaran multimedia. “Anak muda zaman sekarang akrab dengan begitu banyak multimedia. Teknologi yang berkembang begitu cepat juga berpengaruh pada masyarakat dunia. Generasi yang muncul saat ini disebut sebagai generasi “WWW” (World Wide Web),” katanya. Apa yang terjadi dengan perkembangan ini cukup beralasan. Hal dikarenakan: mudahnya komunikasi, keinginan untuk keluar dari kotal lokalitas, demokratisasi pengetahuan dan kebebasan informasi.

Lebih lanjut, Bapak Errol yang adalah Direktur Operasional Suara Surabaya menyatakan bahwa penggunaan multimedia juga memberi keuntungan bagi pengguna. Keuntungannya adalah: bahwa multimedia itu intellegent (mudah dan praktis penggunaannya), melayani indra, produktif, personalized (pelayanan personal, kapanpun dan dimanapun), humanized.

Pada akhir presentasinya, Bapak Errol menyampaikan bahwa teknologi bukanlah segalanya. Teknologi adalah fenomena yang ada dalam dunia. Teknologi menjadi sarana yang membantu tugas-tugas kita.

Pentingnya Sentuhan Personal
Rm. A. Sad Budianto CM MA, selaku pembicara kedua melihat realitas multimedia dari aspek sosiologis. Beliau menyampaikan soal pewartaan di era multimedia. Menurut beliau, pewartaan adalah komunikasi. Komunikasi mengandung pesan yakni isi informasi yang dipengaruhi oleh kepribadian pembawa pesan dan media yang digunakan.

Menurut Rm. Sad Budianto, ada beberapa unsur dalam pewartaan yakni: kata-kata (perumusan nilai-nilai hidup, harta benda (pengaturan harta benda), gambaran (mengatasi keterbatasan kata dalam menyampaikan informasi tentang hal yang tidak tampak, misalnya tentang Tuhan), ajaran (pokok-pokok iman dan cara memaknainya), sejarah (pandangan hidup lahir batin), proses (transformasi relasi ilahi dan manusia dalam bimbingan roh), dan relasi.

Betapa canggihnya dan menariknya multimedia tetap tidak dapat mengalahkan sentuhan personal. Tantangannya adalah bagaimana memberikan sentuhan personal dalam komunikasi dengan sesama. Selain itu, tantangan bagi pewarta adalah bagaimana ia bisa mengakomodasikan selera dan kebutuhan para penerima pewartaan dengan sarana-sarana yang ada.

Mengembangkan Kesadaran Reflektif
Sore harinya, Rm. Dr. Valentinus CP sebagai pembicara ketiga melihat aspek filosofis dari multimedia. Menurutnya, multimedia bekerja secara mekanis-otomatis-matematis. Karena itu kita harus waspada supaya tidak menjadi robot. Supaya kita tidak menjadi robot, kita perlu mengembangkan kesadaran reflektif terhadap gejala apa saja yang terjadi dalam perkembangan kebudayaan di sekitar kita, teristimewa di era multimedia ini.

Rm. Valentinus yang adalah dosen filsafat di STFT-WS juga mengajak peserta hari studi untuk kritis dalam melihat segala sesuatu. Beliau melihat bahwa ada implikasi negatif dari teknologi: munculnya mentalitas instan (masyarakat hanya mencari mudahnya), kebutuhan palsu (mis. manusia berbelanja bukan karena perlu tapi karena gaya), dunia citra (manusia dipersuasi untuk memperindah diri dengan ideologi iklan), adaptasi (kreatifitas menjadi mandul), simultanitas (manusia hanya mencapai kedangkalan makna).

SMS “Rohani”
Pada kesempatan malam hari, Rm. Dr. P.M. Handoko CM (dosen teologi dogmatik) menyampaikan paparan tentang berteologi dalam konteks dunia baru. Rm. Handoko mensharingkan pengalamannya sebagai pastor dalam pewartaan iman di dunia maya lewat sarana yang disebut dengan SMS.

“Salah satu keberhasilan teknologi zaman ini yakni teknologi komunikasi. Kemajuan ini tentunya membawa dampak/pengaruh dalam hidup beriman. Untuk itu, kemajuan teknologi ini perlu diperhitungkan,” ucapnya.

Dalam kesempatan tanya jawab, banyak dari peserta yang menanyakan soal sms rohani yang dikirim oleh para pastor. Para peserta yang hadir ada juga yang pernah mendapat SMS “rohani”, salah satunya berasal dari Rm. Handoko. Dalam sharingnya, Rm. Handoko mengirim pesan-pesan tersebut kepada lebih dari 1000 nomor dalam handphone-nya. Usaha ini merupakan salah satu yang beliau lakukan untuk mewartakan iman. SMS ini bisa berisi bacaan misa harian maupun juga kata-kata yang memotivasi. Tentang SMS ini memunculkan banyak pendapat.

Pewartaan: Soal Bicara dan Diam
Pada malam hari pertama, hari studi diakhiri dengan presentasi dari pakar Kitab Suci Perjanjian Lama, Rm. Prof. Dr. Berthold Anton Pareira O.Carm. Mengawali presentasinya, beliau menyampaikan bahwa pewartaan adalah soal bicara dan diam. Bicara adalah soal yang paling sulit. Bicara adalah seni dari segala seni. Rm. Pareira dalam presentasi menekankan soal kebenaran. Menurutnya, kebenaran harus dapat dilihat, dirasa dan bahkan dicium.

Dalam penyampaian paparan, Rm. Pareira mengambil salah satu contoh multimedia yakni soal Power Point. Menurutnya, Power Point seringkali justru mengaburkan kesadaran dan penghargaan akan pentingnya komunikasi langsung. Media ini kerap tidak menjamin komunikasi antara pembicara dan pendengar. Justru tidak jarang media ini menjadi suatu alat penyiksaan intelektual. Pembicara sudah mengikat pendengar dengan poin-poin yang membuat mereka tidak bebas berpikir.

Contoh lain yang disajikan Rm. Pareira adalah televisi dan iklan. “Di zaman sekarang, kita hidup dalam budaya iklan. Kita dijejali beragam hal melalui iklan-iklan yang ada di televisi. Televisi menjadi kita malas membaca dan akhirnya membuat kita tidak kritis lagi,” ucap beliau.

Menurut Rm. Pareira, di zaman sekarang, ada orang yang ingin menjadi pewarta, tetapi tidak sungguh-sungguh menjadi pewarta. Ada pengajar, tetapi tidak benar-benar mampu mengajar. Multimedia tidak memecahkan segala persoalan. Kita tidak boleh menjadi hamba, melainkan tuan atas segala sarana multimedia itu. Pada akhir presentasinya, Rm. Pareira menyampaikan bahwa pewarta yang baik adalah pewarta yang berbicara langsung dengan manusia dan menggerakkan pendengarnya.

Yang Menarik akan Ditonton
Keesokan harinya, para peserta hari studi melanjutkan diskusinya. Pada presentasi pertama, Bapak F.X. Tri Mulyono mengajak peserta untuk melihat beberapa contoh audio visual. Disajikan kepada peserta yang hadir beberapa video hasil Studio PUSKAT Jogjakarta. Video tersebut berisi kegiatan pelatihan audio visual, retret ala SAV Puskat, video Michael Jackson (contoh lain). Dengan melihat video-video tersebut, Bapak Tri yang juga berkecimpung dalam penyusunan acara Mimbar Agama Katolik di Indosiar ini, mengajak peserta mengambil pesan di balik audio dan visual yang ditampilkan. “Di balik tampilan ini ada pesan yang hendak disampaikan. Selain itu, biaya yang diperlukan untuk membuat juga mahal”, tuturnya.

Dalam penjelasannya, Bapak Tri menekankan soal tampilan dalam bentuk visual. Sejak munculnya teknologi listrik, kita memasuki zaman baru: zaman audio visual. Cara kerja bahasa audio visual dengan modulasi (gelombang) yang menimbulkan vibrasi (getaran) pada “penikmatnya”. Suasana yang mendukung akan menjadikan suatu tampilan akan menjadi menarik. Zaman baru juga dapat menghubungkan banyak orang (terjadinya interkoneksi).

Kalau suatu tampilan tidak menarik, maka tampilan itu tidak akan banyak ditonton pemirsa. Supaya bisa menikmati audio visual, seseorang perlu mengalami langsung dan menghayatinya. Media berpeluang untuk berdialog dengan umat yang lain. Dalam melakukan dialog audiens berkuasa.

Pada penghujung seminar, Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi (staf Seminari Tinggi “Beato Giovanni XXIII” Malang dan dosen STFT) menyampaikan presentasinya. Romo yang rajin menulis buku-buku katekese ini mengajukan pendapatnya bahwa multimedia, khususnya internet, tetaplah sarana pastoral yang kiranya bisa melengkapi upaya-upaya pastoral tradisional selama ini. Sarana multimedia tidak hanya menyapa umat paroki, tetapi juga lintas paroki, bahkan juga menyapa banyak domba dari kandang lain.

Kegiatan Hari Studi ke-35 ini ditutup dengan diskusi panel. Para pembicara tampil di depan untuk saling berdiskusi dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peserta. Siang harinya, acara ditutup dengan santap siang. Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta mulai meninggalkan tempat acara dan kembali ke rumah masing-masing dan berbagai kota di Jawa Timur. [Dhani Driantoro]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar